[ad_1]
Suporter Persibas Banyumas masuk ke lapangan di menit 80’ kala menjamu Persibangga Purbalingga di Stadion Satria, Purwokerto, pada Rabu (22/11). Saat itu, skor pertandingan sedang berkedudukan 1-1. Dari video yang beredar di media sosial, sekelompok suporter juga merusak fasilitas stadion, yakni bench pemain, kursi, beserta papan iklan. Disinyalir mereka lakukan aksi vandalisme ini sebagai bentuk kekecewaan terhadap manajemen.
Fardan (bukan nama sebenarnya), mengatakan bahwa suporter Persibas menyuarakan kekecewaan terhadap manajemen sejak sebelum Liga 3 dimulai. “(Kami) menyampaikan protes semenjak pertandingan friendly match, melalui tulisan di banner, karena kami menganggap manajemen hanya sekadar ikut-ikutan aja di Liga 3,” ujarnya.
Tim berjuluk Laskar Bawor tersebut akhirnya memang tidak tampil garang. Mereka hanya meraih dua kali hasil seri dan empat kekalahan di babak fase grup Liga 3 Jawa Tengah grup E, dan menjadi juru kunci grup. Namun, permasalahan Persibas tidak hanya datang dari penampilan mereka. Persibas belum membayar gaji beberapa staff untuk bulan Oktober.
Salah satu staf Persibas yang namanya tidak ingin disebutkan, mengatakan bahwa gaji pemain dan ofisial sudah dibayarkan, namun ada beberapa staf yang mogok sejak bertandang ke markas PSIW Wonosobo pada Minggu (19/11) karena persoalan gaji. Pada Kamis (23/11), keterlibatan gaji tersebut sudah ditangani oleh pihak Persibas.
Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Tengah, Yoyok Sukawi, mengatakan sebelum mengikuti kompetisi, klub-klub tidak boleh memiliki utang atau tunggakan apapun. Yoyok melanjutkan, jika tahun ini ada klub yang tidak membayar gaji, maka tahun depan akan ada sanksi berupa tidak diperbolehkan mengikuti kompetisi.
“Tahun (musim) ini kan belum selesai, ya. Biasanya Liga 3 itu kan pakai APBD kota/kabupaten. Rata-rata cair Desember. Kita tunggu saja nanti Desember mereka dibayar nggak,” ujar pria yang juga menjabat sebagai CEO PSIS Semarang tersebut.
Yoyok juga menanggapi adanya pengrusakan stadion dan kericuhan. Selain laga Persibas melawan Persibangga, pertandingan antara PPSM Magelang menghadapi Persip Pekalongan juga dihentikan di menit 86 karena ada suporter yang masuk ke lapangan. Yoyok mengatakan jika terjadi kerusuhan, yang paling utama adalah tidak ada korban jiwa.
“Kalau di Asprov (Jateng), dari awal itu kalaupun ada kejadian kerusuhan, pengrusakan, yang utama adalah jangan sampai ada korban dulu. Jadi Asprov sudah sepakat dengan pihak kepolisian dari awal, apapun kejadiannya itu di dalam stadion tidak diperkenankan membawa gas air mata supaya tidak ada korban. Terkait kerusakan di stadion dan lainnya kan bisa diganti,” kata Yoyok.
Asprov Jateng pun, kata Yoyok, musim ini sudah menyiapkan regulasi jika ada suporter yang melakukan kerusuhan, pengrusakan, atau mengganggu pertandingan, sanksi terberatnya adalah didiskualifikasi dan bagi klub dikenai hukuman tanpa penonton di musim berikutnya.
“Kita Asprov Jateng tahun ini sudah menyiapkan regulasi terkait kerusuhan tersebut. Jadi barang siapa klub itu suporternya melakukan kerusakan, pengrusakan, atau mengganggu pertandingan, itu sanksi terberatnya adalah diskualifikasi. Sehingga ini memang kejadiannya beruntun, Persibas sama PPSM Magelang. Karena suporter itu sebenarnya tidak puas dengan kinerja manajemennya sendiri, bukan karena dipicu oleh wasit,” terang Yoyok.
Pada Kamis (23/11), Komite Disiplin Asprov PSSI Jawa Tengah memutuskan mendiskualifikasi Persibas dan PPSM dari Liga 3. Namun, karena kedua tim tidak lolos ke babak 12 besar, maka hanya dikenai sanksi berupa larangan hadirnya suporter pada musim 2024/2025 serta denda sebesar 45 juta rupiah. Dua tim tersebut didenda lantaran adanya suporter yang masuk lapangan dan merusak fasilitas stadion.
“Baru boleh menggunakan penonton kembali apabila suporter itu sudah dibina, sudah ada kesepakatan, sudah ada saling tahu tentang ini, dan sudah ada rekomendasi dari pihak kepolisian. Baru tahu depan diperkenankan ada penonton lagi. Jadi saya rasa hukuman ini sudah berat dan memberikan efek jera. Itu apabila terbukti, karena hari ini komdis masih rapat (terkait kericuhan di Banyumas dan Magelang), tapi hukuman terberatnya begitu. Tapi saya rasa komdis akan memutuskan hal yang sama nanti,” ujarnya.
[ad_2]
Source link