[ad_1]
Manchester City membungkam suporter Manchester United di Old Trafford berkat dua gol dari Erling Haaland pada menit 26’ dan 49’. Kemudian gol Phil Foden mengunci kemenangan Man City pada menit 80’. Hasil 3-0 ini membawa tuan rumah tertahan di peringkat ke delapan klasemen sementara dengan koleksi 31 poin. Sementara Man City bertengger di peringkat ketiga klasemen sementara Liga Primer Inggris 2023/24.
Pada pertandingan ini, Man United dibuat tak berdaya. Kesebelasan besutan Erik ten Hag hampir tidak menunjukan perlawanan yang berarti untuk sang juara bertahan. Dari segi manapun, Man City sangat layak memenangkan Derbi Manchester. Mereka mendominasi 60,7% penguasaan bola, termasuk 77% penguasaan bola di sepertiga akhir. Tidak hanya itu, penciptaan peluang Man. City (14 peluang) dua kali lebih banyak dari Man. United (7 peluang). Tidak heran jika The Citizens mampu melepaskan 21 tembakan yang 10 di antaranya tepat sasaran. Dominasi penuh.
Dari pemilihan pemain Ten Hag, sangat menarik karena Ia menurunkan Victor Lindelof sebagai bek kanan dalam formasi 4-2-3-1. Ten Hag juga memasangkan Sofyan Amrabat dan Eriksen sebagai poros ganda. Scott McTominay justru didorong lebih ke depan sebagai gelandang serang sekaligus menggeser Bruno Fernandes lebih melebar ke sayap kanan. Komposisi pemain tersebut baru pertama kali Ten Hag turunkan. Sebelumnya, ia pernah memodifikasi posisi pemain, misalnya menggeser posisi Amrabat ke bek kiri.
Di kubu tim tamu, tidak ada pemain yang mengejutkan. Erling Haaland dan Julian Alvarez tetap jadi andalan utama di lini depan yang didukung Phil Foden, Bernardo Silva, dan Jack Grealish. John Stones di atas kertas bermain sebagai bek tengah, tapi, ketika menguasai bola Stones bergerak lebih ke depan sejajar dengan Rodri. Komposisi pemain yang diturunkan Josep ‘Pep’ Guardiola jelas mengincar kontrol penuh terhadap ruang dan penguasaan bola.
Sebelas Pertama Manchester United dan Manchester CIty
Sumber : WhoScored
Membebaskan Haaland di Tiang Jauh
Tidak bisa dipungkiri bahwa kemenangan Man City tidak lepas dari kontribusi Haaland. Penyerang asal Norwegia tersebut memang tidak banyak menyentuh bola di kotak penalti. Tercatat ia hanya melakukan enam sentuhan pada area tersebut. Masih kalah dari Fode (11 sentuhan), Grealish (8 sentuhan), dan Bernardo (7 sentuhan). Meski demikian, teror yang ia hadirkan sangat terasa di pertahanan tuan rumah. Haaland selama 90 menit menciptakan lima tembakan yang empat di antaranya tepat sasaran dan berbuah dua gol.
Sementara Ten Hag, tidak memberikan tugas khusus kepada salah satu pemain untuk menjaga Haaland. Ia lebih memilih menjaga ruang dengan melakukan zonal marking. Kemungkinan besar ini menjadi alasan Lindelof dipasang di bek kiri agar ketika bertahan, Lindelof bisa lebih bergeser ke tengah untuk mempersempit ruang di area tersebut.
Pep menjawab taktik tersebut dengan satu keputusan sederhana namun berdampak besar. Pada fase menyerang, memasuki sepertiga akhir, Pep mendesain timnya untuk bisa membebaskan Haaland dari kawalan dan mendapatkan ruang kosong di tiang jauh. Caranya adalah dengan menugaskan pemain lain untuk bergerak ke tiang dekat agar pemain bertahan Man. United terpaksa untuk bergerak pada area tersebut. Cara ini sangat efektif yang terlihat jelas pada proses terjadinya gol kedua.
Man City memasuki sepertiga akhir di sisi sayap kiri. Grealish yang berhadapan satu lawan satu dengan Fernandes, punya cukup ruang dan waktu untuk rekan-rekanya masuk ke sekitar kotak penalti sehingga tercipta situasi enam lawan enam. Sementara Haaland, masih berada di antara dua bek tengah Man United sambil menghimpun informasi dengan melakukan scanning terhadap struktur pertahanan tuan rumah.
Ilustrasi Proses Gol Kedua Manchester City (1/3)
Sumber : Tangkapan Layar (Vidio.com)
Bernardo Silva menerima umpan terobosan akurat dari Grealish dan berhasil memasuki kotak penalti. Kemudian pergerakan menarik dilakukan oleh Foden. Pemain berkebangsaan Inggris tersebut semula berada di tiang jauh. Namun, ketika Bernardo memasuki kotak penalti ia dengan cepat berlari diagonal ke arah tiang dekat bersama Rodri. Gerakan Foden menarik Lindelof untuk bergerak ke arah tiang dekat. Alhasil Haaland bergerak ke tiang jauh tanpa penjagaan.
Ilustrasi Proses Gol Kedua Manchester City (2/3)
Sumber : Tangkapan Layar (Vidio.com)
Sesaat sebelum Bernardo Silva melepaskan umpan congkel, terlihat bahwa pertahanan Manchester United terkonsentrasi di tiang dekat sebagai akibat dari gerakan Foden dan Rodrigo. Haaland yang bergerak ke tiang jauh sangat bebas tanpa penjagaan. Tidak sulit baginya untuk menuntaskan umpan terukur dari Bernardo yang mendarat tepat di hadapannya.
Ilustrasi Proses Gol Kedua Manchester City (3/3)
Sumber : Tangkapan Layar (Vidio.com)
Manchester United yang Serba Tanggung
Berdasarkan pada prestasi, produktivitas, dan penampilan secara keseluruhan, Manchester City jelas lebih diunggulkan meski bermain di markas tetangga. Gaya permainan dominatif dengan sepakbola posisional membuat lawan sulit mengembangkan permainan. Dalam tiga hingga lima musim terakhir, misi mengalahkan Man City adalah sebuah misi berat yang butuh perhitungan matang.
Agar dapat meredam kekuatan The Citizens, ada dua opsi yang bisa digunakan lawan. Antara melakukan tekanan tinggi yang agresif hingga membuat City sulit menguasai bola, atau, memperkuat pondasi pertahanan untuk menghukum mereka melalui proses transisi cepat dan efektif. Berkaca pada komposisi pemain yang Ten Hag miliki, opsi kedua bisa menjadi pilihan terbaik. Terlebih, mereka sudah terbukti sejak musim lalu sebagai tim dengan gol serangan balik paling banyak (sembilan gol). Tapi pada pertandingan ini, terlihat bahwa Man. United tidak terlihat bermaksud mengaplikasikan dua opsi tersebut. Tekanan begitu pasif sehingga pertahanan tidak terorganisasi. Alhasil, semua yang dilakukanMan United serba nanggung.
Sebelas pertama yang ia turunkan justru bukan pemain yang cocok dengan strategi tersebut. Idealnya, Man. United perlu menurunkan lebih banyak pelari (pemain yang unggul dalam kecepatan). Tapi, terbilang hanya Hojlund dan Rashford yang memenuhi atribut tersebut.
Scott McTominay, Bruno Fernandes, Sofyan Amrabat, dan Cristian Eriksen yang bermain bersamaan mengindikasikan Ten Hag menginginkan kontrol yang lebih kokoh. Tapi, harapan tersebut tidak terealisasi karena mereka sangat sulit merebut penguasaan bola. Hal ini disebabkan karena minimnya tekanan ketika lawan menguasai bola sehingga Man. City sangat nyaman melakukan distribusi dan progresi.
[ad_2]
Source link