[ad_1]
Indonesia hanya membawa pulang satu angka dari dua laga pertama Grup F kualifikasi Piala Dunia 2026. Setelah menelan kekalahan telak dari Irak, Indonesia hanya memperoleh hasil imbang kontra Filipina di Rizal Memorial Stadium (21/11). Hasil ini membuat Indonesia mendekam di dasar klasemen sementara Grup F, di bawah Filipina yang memiliki poin sama namun selisih gol lebih baik. Sementara Irak kokoh di puncak klasemen diikuti Vietnam di posisi kedua.
Secara keseluruhan, Indonesia memang lebih banyak memegang penguasaan bola. Menurut data dari flashscore, memperoleh 57 persen penguasaan bola. Meski demikian, Filipina justru lebih sering mengancam dengan catatan lima tembakan tepat sasaran sementara Indonesia hanya melepaskan empat tembakan tepat sasaran. Bahkan di 30 menit pertama, Filipina sangat 7 dan mengendalikan jalanya pertandingan. Alhasil Filipina membuka keunggulan di menit ke-23 dari kaki Patrick Reichelt.
Shin Tae-yong sebagai Pelatih Indonesia melakukan rotasi di lini tengah dan depan. Saddil Ramdani, Rachmat Irianto, Sandy Walsh, Rafael Struick, dan Ernando Ari, kali ini dipercaya turun sejak menit pertama. Di atas kertas, Indonesia bermain dengan formasi dasar 3-5-2. Namun di atas lapangan, struktur Indonesia membentuk pola 5-4-1. Pergeseran organisasi transisi permainan tim berjuluk Garuda ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Struktur Pertahanan Indonesia (Kiri) dan Struktur Menyerang Indonesia (Kanan)
Ketika menyerang, Jordi Amat berperan sebagai inisiator. Ia kesulitan mengalirkan bola secara vertikal karena jalur umpan ke Kambuaya dan Irianto tertutup, begitu juga dengan Sandy dan Shayne Pattyama yang dijaga ketat oleh pemain sayap lawan. Hampir tidak ada gerakan dinamis dari lini tengah dan lini depan untuk memecahkan situasi ini. Progresi beberapa kali berhasil melalui sisi kanan namun tidak banyak peluang tercipta sebab koneksi sering terputus.
Ketika bertahan, Indonesia membentuk struktur 5-4-1 dengan garis pertahanan menengah menuju rendah. Hal ini membuat Filipina nyaman membangun serangan karena tekanan dari lawan tidak signifikan. Struick berusaha menutup jalur umpan ke arah pivot. Tapi, keputusan tersebut tidak berjalan efektif karena masih banyak jalur umpan lain yang tidak ditutup oleh pemain lain.
Tiga Puluh Menit Pertama yang Tidak Efektif
Pada laga ini, Sandy beroperasi di sektor kanan bersama Asnawi Mangkualam selama 30 menit. Dua pemain tersebut sama-sama sering bermain di posisi bek sayap, tapi kali ini Asnawi yang didorong lebih ke depan. Sandy sebagai bek sayap lebih dekat dengan garis lapangan sementara Asnawi justru lebih sering bergerak ke dalam. Keputusan Shin memasang Sandy dan Asnawi pada area yang sama mengindikasikan bahwa ia ingin lebih banyak mengeksploitasi area tersebut. Hal tersebut sangat terlihat karena pada 30 menit pertama, mayoritas serangan Indonesia berawal dari sisi kanan.
Ilustrasi Rencana Pola Serangan Indonesia
Pola serangan Indonesia dari sisi kanan dimulai dari kaki Sandy yang memperoleh progresi bola dari Jordi atau Rizky Ridho. Shin mengharapkan tercipta situasi unggul jumlah pemain di sisi kanan dengan melibatkan empat pemain. Harapanya, akan tercipta ruang di belakang pertahanan untuk kemudian dimanfaatkan oleh Struick.
Tapi, Filipina cukup jeli melihat situasi dan mampu mengantisipasi dengan melibatkan salah satu penyerangnya untuk ikut menjaga area tersebut. Dengan demikian, gerakan Struick dapat diantisipasi karena bek tengah lawan mengikuti gerakanya tanpa khawatir kekurangan pemain di sisi kiri pertahanan. Selain itu, ruang yang tercipta di depan garis pertahanan pun gagal dimanfaatkan karena tidak ada pemain Indonesia yang merespon cepat untuk mengisi ruang tersebut. Alhasil, rencana ini berulang kali gagal.
Ilustrasi Situasi Penyebab Serangan Indonesia yang Gagal
(Sumber : Tangkapan Layar RCTI Entertainment)
Buruknya efektivitas sisi kanan Indonesia tidak hanya terasa pada fase menyerang, tapi juga pada fase transisi negatif (situasi transisi dari menyerang ke bertahan). Sandy dan Asnawi adalah dua pemain yang sering bermain sebagai bek sayap. Namun pada laga ini, kontribusi dua pemain ini sangat minim, terutama pada aspek kedisiplinan. Sandy sering meninggalkan posisi ketika menyerang tapi sering terlambat untuk kembali ke posisinya. Tidak heran jika Filipina banyak memperoleh peluang dari sisi kanan pertahanan Indonesia.
Beradaptasi dengan Witan
Merespon tiga puluh menit pertama yang tidak efektif, Shin Tae-yong langsung beradaptasi dengan memasukan Witan menggantikan Sandy. Masuknya Witan juga diiringi dengan perubahan organisasi serangan Indonesia. Kali ini Shin ingin memenangkan area tengah, terutama ketika memulai serangan. Shin sadar bahwa Filipina mengunci jalur umpan ke arah tengah, maka ia merespon dengan memperbanyak pemain di tengah. Masuknya Witan membuat Shayne lebih bergerak ke dalam, begitu juga dengan Saddil yang sering turun menjemput bola.
Struktur Serangan Indonesia Setelah Witan Masuk
Tidak hanya itu, masuknya Witan membuat sisi kiri menjadi lebih hidup. Witan yang unggul dalam kontrol bola dan mampu bermain di area sempit membuat pertahanan Filipina lebih mudah terbongkar. Peluang di babak pertama dari kaki Struick berawal dari gerakan dinamis di sisi kiri dengan kombinasi umpan pendek dari empat pemain. Witan, Shayne, Kambuaya, dan Struick melawan empat pemain bertahan Filipina. Kombinasi umpan pendek sederhana berbuah tembakan yang sayangnya masih melebar.
Ilustrasi Situasi Peluang Pertama Setelah Witan Masuk
(Sumber : Tangkapan Layar RCTI Entertainment)
[ad_2]
Source link