[ad_1]
Pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll secara terang-terangan tidak ingin melepas pemainnya untuk timnas U-23. Borneo FC Samarinda melalui manajer mereka, Dandri Dauri juga merasa keberatan lantaran sedang membutuhkan semua tenaga pemainnya untuk bisa mempertahankan posisi mereka.
“Saat ini kami butuh tenaga semua pemain. Pemain punya tugas mempertahankan posisi klub di puncak klasemen, agar kami bisa tampil di Championship Series,” terang Dandri dilansir Antara, Senin (19/02).
Di tengah kompetisi yang tidak diliburkan, melepas pemain untuk TC timnas memang sedikit dilematis. Pasalnya, tak sedikit pemain U-23 yang menjadi andalan tim-tim yang memang sedang berjuang untuk lolos championship series atau menghindari degradasi. Di sisi lain, ada wacana bahwa timnas U-23 akan melakukan TC di Timur Tengah sebelum menatap Piala Asia.
Bukan yang Pertama
Polemik pemanggilan pemain timnas di tengah kompetisi memang sudah bukan barang baru di sepakbola Indonesia. Pada Agustus 2023 lalu, Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Sumardji pernah mengatakan bahwa Thomas Doll terang-terangan tidak mendukung program timnas lantaran tak melepas pemainnya ke timnas untuk pemusatan latihan.
Klub sedang berjuang untuk meraih hasil positif di liga. Mereka tentu membutuhkan semua pemain terbaik yang sudah mereka gaji setiap bulan/tahunnya. Selain itu, Piala Asia U-23 juga tak terhitung sebagai FIFA Matchday yang berarti setiap klub memang punya hak untuk tidak melepas pemainnya.
Penolakan Thomas Doll untuk melepas pemainnya ke timnas memang sangat beralasan. Persija sedang berjuang untuk mampu menembus posisi empat besar.
Tim berjuluk Macan Kemayoran itu banyak mengandalkan pemain muda seperti Rizky Ridho, Muhammad Ferarri, Rayhan Hannan dan Rio Fahmi sebagai starter di posisi mereka. Dari sini, alasan Doll menolak melepas pemainnya jadi sangat bisa dipahami.
Tidak memungkiri ada pelatih lain yang juga menolak melepas pemain U-23 yang mereka miliki karena memang dibutuhkan atau untuk melengkapi kedalaman skuad yang mereka miliki.
Mencari Sebuah Solusi
PSSI memutuskan untuk menghentikan Liga 1 untuk Piala Asia senior pada bulan Januari lalu. Namun, perlu dicatat bahwa Piala Asia merupakan agenda FIFA dan sudah sewajarnya Liga 1 diliburkan.
Piala Asia U-23 dihelat berbarengan dengan tiga pekan terakhir reguler series, yakni 15 April hingga 3 Mei mendatang. Ini merupakan masa-masa krusial di mana setiap klub butuh pemain-pemain terbaiknya, termasuk dari pemain U-23 yang ketentuan bermainnya memang telah diatur dalam regulasi liga.
Komunikasi antara Shin Tae-yong dan klub yang difasilitasi PSSI haruslah terjalin. Sejak menjadi pelatih timnas pada 2019, belum ada hubungan komunikasi yang baik antara dia dan pelatih-pelatih klub di Liga 1. Kekurangan komunikasi dan tidak ada kebijakan baku dari PSSI membuat kerap menimbulkan perselisihan antara klub dan timnas.
Pada Desember 2022 silam, Doll pernah mengatakan bahwa tidak adanya komunikasi dari federasi dan jajaran pelatih timnas tak menampik membuat dirinya sedikit geram. Pasalnya mereka merasa dirugikan setiap kali timnas hendak bertanding.
“Selama enam bulan saya di sini, saya tidak pernah berkomunikasi dengan pelatih Timnas Indonesia. Tidak pernah sekalipun. Saya berusia 56 tahun. Saya bermain sekitar 50 kali buat Jerman. Saya melatih selama 20 tahun. Ini adalah pertama kalinya dalam hidup saya bahwa saya tidak berkomunikasi dengan seseorang,” kata Doll dilansir Bola.com.
“Tidak ada yang berbicara dengan pelatih di klub. Tidak ada. Mereka melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka mengambil pemain. Tidak ada komunikasi. Ini pengalaman baru buat saya. Tapi, saya tidak menyukai pengalaman ini,” lanjutnya.
Pelatih Dewa United, Jan Olde Riekerink mengatakan bahwa solusi paling tepat untuk masalah pemanggilan pemain U-23 untuk Piala Asia ini adalah komunikasi, alih-alih saling sindir lewat media. Karena hal ini tak akan terjadi sekali-dua kali lantaran jadwal kompetisi indonesia yang kurang bersahabat bagi kedua pihak.
“Menurut saya, isu ini (pemanggilan pemain di tengah kompetisi) bukan hanya masalah Dewa United atau Persija saja. PSSI dan klub harus bekerja sama untuk menemukan bagaimana cara terbaik untuk mengembangkan talenta-talenta. Kita harus berkomunikasi,” ucap Riekerink dikutip Antara (17/02).
Sedangkan pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak sedikit tak keberatan untuk melepas pemainnya untuk pemusatan latihan asal aturan memainkan U-23 ditiadakan.
“Jika kami bisa membantu, kami akan membantu. Tetapi, satu-satunya hal yang perlu diatur adalah menemukan kesepakatan. Kami melepaskan pemain terbaik kami untuk Timnas Indonesia U-23. Masalahnya, adalah aturan (memainkan) pemain di bawah 23 tahun. Mungkin untuk pertandingan, mereka bisa menyetujui agar kami tidak harus mematuhi aturan ini.” kata Bojan dikutip Bola.com (21/02).
***
Polemik pemanggilan pemain timnas U-23 di tengah kompetisi akan selalu terjadi jika tidak terjalin komunikasi yang baik antara pelatih timnas dengan pelatih-pelatih klub.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, terbaru telah menawarkan sebuah kelonggaran bagi klub jika mau melepaskan pemainnya ke timnas. Ia juga mengatakan bahwa komunikasi akan dijalin termasuk keringanan bagi klub di liga.
“Saya yakin ada jalan, bahwa pasti semua baik-baik saja. Jika semua legawa, mau memprioritaskan Merah Putih, pasti kami akan bicara. Tentu, ketika ada klub yang mendukung tim nasional, fleksibilitas liga bakal kami bicarakan karena tak mungkin liga besar tanpa tim nasional,” kata Erick dilansir Kompas pada Selasa (20/2/2024).
Harapannya akan ada ruang diskusi dan komunikasi untuk pelatih timnas dan pelatih-pelatih klub agar masalah ini tak kembali terjadi di masa yang akan datang.
Terlebih di era kepelatihan Luis Milla pada tahun 2017 silam, Milla sempat melakukan komunikasi dengan pelatih-pelatih klub tatkala timnas memanggil pemain di tengah kompetisi yang berjalan dan hasilnya mendapat sambutan yang baik dari rekan-rekan klub.
[ad_2]
Source link