[ad_1]
Chelsea meraup poin penuh dari Tottenham Hotspur Stadium usai hattrick Nicolas “Didier” Jackson menutup laga yang bertabur offside dan pelanggaran, Selasa (7/11). Tottenham Hotspur harus merelakan status unbeaten mereka dengan menelan kekalahan 1-4. Skor akhir ini sekaligus memutus perolehan poin Ange Postecoglou, manajer yang baru teken kontrak di musim ini, setelah menjalani 10 pertandingan Liga Primer Inggris tanpa kekalahan.
Starting line-up Tottenham Hotspurs vs Chelsea (Sumber: Sofascore).
Intensitas Tinggi Babak Pertama
Laga dimulai dengan pertarungan terbuka. Spurs seperti biasa berusaha menguasai pertandingan, memanipulasi ruang, dan memancing pemain Chelsea naik melancarkan tekanan. Koneksi antara bek tengah, gelandang bertahan, dan fullback di sepertiga pertama Spurs ditujukan untuk memprovokasi serangan sehingga membuka ruang di sektor tengah lapangan.
Koneksi antara dua CB, pivot, dan dua FB Tottenham Hotspurs menghadapi lini pertahanan Chelsea yang tinggi (Sumber: Vidio).
Jika ada area kosong tak terjaga, James Maddison dan Pape Matar Sarr bisa segera turun menjemput bola lalu mengumpan ke pemain depan secepat mungkin. Destiny Udogie dan Pedro Porro yang masuk ke lini tengah (inverted fullback) membuat situasi menang jumlah atas gelandang Chelsea.
Melalui skema ini, umpan terobosan tuan rumah berhasil menerobos lini pertama The Blues. Sayangnya selain peluang pertama yang tercipta masih bisa diselamatkan Robert Sanchez, tembakan itu juga gagal karena offside. Kedua kalinya, umpan terobosan diagonal Maddison ke sisi jauh menjadi kunci asis Bissouma atas gol Kulusevski di menit ke-6.
Menanggapi provokasi lawan, Chelsea menunggu penuh perhitungan kesempatan duel yang dapat menguntungkan mereka. Sejak awal Mauricio Pochettino memang menahan lini pertahanan skuadnya tinggi, namun dia menjaga jarak antarlini tidak terlalu berjauhan meskipun membebaskan pergerakan gelandang dan pemain depannya. Dengan demikian, pertahanan Chelsea lebih siap menghadapi serangan balik. Akan tetapi masalah kemistri dan miskomunikasi lagi-lagi menjadi momok yang harus diganjar ketertinggalan 1-0.
Meski kebobolan duluan, Chelsea tetap nyaman memainkan rotasi pemain di depan. Lisensi roaming melancarkan switch play–menyeberangkan arah serangan–yang sering terjadi, terutama dengan memanfaatkan Enzo Fernandez dan Raheem Sterling yang versatile sehingga bisa menjaga area yang luas. Kelebaran kanan dikawal Cole Palmer dan Levi Colwill di sisi kiri.
Jika berhasil merebut bola, anak asuk Poch sigap menyerang balik. Seringnya via switch play umpan lambung, membalas pancingan Spurs dengan stimulasi serupa agar The Lilywhites bergerak ke satu sisi guna membuka ruang untuk target umpan tarik. Dengan tujuan serupa, Chelsea akan mendesak duel terjadi di pinggir lapangan jika build-up tertahan di lini tengah.
Duel di sektor sayap yang mengandalkan umpan pendek setelah intersep bola dari lawan (Sumber: Vidio).
Chelsea cukup bersabar tidak menyerang dengan banyak pemain meski kesempatan itu terbuka saat transisi menyerang, mengingat lini belakang Spurs hanya menyisakan Christian Romero dan Micky van de Ven. Sebaliknya, Spurs mengerahkan lima hingga enam pemain untuk menyerang dan menggiring permainan ke sektor tengah. Alhasil sering terjadi duel perebutan bola di sekitar garis tengah lapangan.
Pada menit ke-13 Brennan Johnson mengirim asis ke belakang lini pertahanan Chelsea yang disambar Son Heung-Min menjadi gol kedua yang dianulir jebakan offside. Situasi serupa berbalik kepada tim pendatang–karena Postecoglou juga meninggikan garis pertahanan. Dua kali gol mereka dianulir akibat umpan lambung Reece James mengenai tangan Sterling sebelum sontekannya ke gawang Guglielmo Vicario, dan tembakan Caicedo dari luar kotak enam belas menyerempet kaki Nicolas Jackson yang berada di posisi offside.
“Nah ini dia sepak bola. Semuanya serba cepat dan presisi,” demikian ujaran komentator saking tingginya intensitas jual-beli serangan kedua tim.
Prahara Kartu Merah Romero
Berdekatan dengan gol kedua Chelsea yang tidak sah, pergumulan di area penalti memicu tekel keras Romero ke tulang kering Enzo. Wasit mengeluarkan kartu merah sekaligus menghukum Spurs dengan menunjuk titik putih. Palmer mengeksekusi tendangan penalti dan menyamakan kedudukan di menit ke-35.
Merespon kehilangan satu pemain, The Lilywhites malah meninggikan lini pertahanan mereka. Keganjilan tidak berhenti di situ, Chelsea yang seharusnya lebih menggempur lawan malah mengendurkan intensitas. Sterling, Jackson, dan Palmer di lini terdepan cuma menunggu suplai bola di antara bek-bek Spurs. Padahal tekanan Spurs masih sama seperti sebelum Romero diusir dari lapangan.
Postecoglou bereaksi merapatkan lini kedua yang sejak awal bermain terbuka. Pergantian Maddison oleh Eric Dier membuat skuadnya tetap bertahan dengan empat bek dalam formasi 4-3-2. Namun kurangnya ancaman dari The Blues memberanikan manajer berdarah Yunani itu tetap menerapkan skema inverted fullback kala membangun serangan. Sampai turun minum usai tambahan waktu 12 menit, taktik tersebut berhasil menggagalkan tambahan gol, lagi-lagi karen jebakan offside, dan peran Vicario menyapu peluang tembakan dari luar kotak penaltinya.
Garis pertahanan Spurs semakin tinggi walaupun bermain dengan sepuluh orang (Sumber: Vidio).
9 vs 11
Sepak mula babak kedua baru berlalu sepuluh menit ketika Udogie diganjar kartu kuning kedua. Taktik fase serang yang sama membuka peluang bagi Sterling melewati sisa dua bek tengah di lini pertama. Tekel keras fullback kiri itu menyelamatkan sekaligus menambah ujian berat bagi penjaga gawang dan pemain bertahan Postecoglou.
Unggul dua pemain namun tetap saja buntu, Poch memasukkan Mudryk menggantikan Enzo untuk mengekspos celah di sayap kiri. Tujuannya menggeser Gallagher lebih ke dalam, menempatkan Palmer di nomor sepuluh, dan membuat Sterling lebih banyak ada di sayap kanan. Chelsea juga meninggalkan skema menyelip di antara bek tengah dan kembali melancarkan serangan dari sisi lapangan. Barulah setelah itu Chelsea bisa mendominasi permainan.
Kondisi yang berbalik menguntungkan tim tamu ternyata tidak menyurutkan keputusan Postecoglou. Spurs tetap teguh mempertahankan garis pertahanan yang lebih tinggi dari harapan orang tua. Kini Spurs mengandalkan formasi 4-3-1 memperjuangkan poin tunggal.
Skema serangan Chelsea dari sayap dan formasi 4-3-1 Spurs setelah kehilangan dua pemain (Sumber: Vidio).
Kenyataannya terlalu berat melawan skuad yang masih lengkap, bahkan dengan variasi formasi 5-2-1 dan 5-3-0. Apalagi Chelsea mengincar umpan-umpan terobosan mereka mencapai sayap-sayap di sektor halfspace yang kosong, agar Mudryk atau Sterling dapat mengirim umpan tarik ke penyerang muda mereka.
Pada akhirnya pertahanan Spurs tidak mampu lagi membendung umpan terobosan bertubi-tubi, meskipun Chelsea tampak kerepotan juga melawan sembilan pemain. Garis pertahanan yang terlalu tinggi membiarkan Jackson melenggang tanpa offside dan mencuri gol tiga kali, pada menit ke-75 dan dua gol lagi di menit tambahan waktu.
Total 4 gol yang memberikan Poch kemenangan dari mantan klubnya. Apapun skenarionya, harus diakui tiga poin tetaplah tiga poin. Laga penutup pekan kesebelas Liga Inggris itu pun turut menutup rentetan pertandingan tanpa kekalahan Postecoglou bersama Tottenham Hotspur.
[ad_2]
Source link