[ad_1]
Kontroversi mewarnai Pekan ke-16 Liga 1 2023/24. Beberapa keputusan wasit dan asistennya, dinilai tidak tepat dan merugikan tim yang berlaga. Seperti yang terjadi pada laga Persija Jakarta melawan RANS Nusantara di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Minggu (22/10).
Persija merasa dirugikan oleh keputusan wasit Naufal Adya Fairuski yang tidak mengesahkan gol Witan Sulaeman. Dalam tayangan ulang, terlihat bola tendangannya yang memantul dari mistar gawang, sebenarnya sudah melewati garis gawang.
Di sisi lain, gol Persija juga diawali dari proses yang tidak sah. Sepak pojok yang dieksekusi Maciej Gajos tidak meletakkan bola pada garisnya. Merujuk peraturan IFAB, wasit seharusnya mengulang sepak pojok tersebut.
Sehari sebelumnya, PSS Sleman juga dirugikan oleh keputusan wasit dan asistennya saat menghadapi Persik Kediri. Pada menit 17’, PSS membuka keunggulan melalui Hokky Caraka. Namun, asisten wasit, Dedi Saputra, menganggap Hokky telah berada dalam posisi offside. Jika diamati lebih lanjut, posisi Hokky sebenarnya sejajar dengan Irkham Milla selaku yang memberikan umpan.
Di menit 40’, PSS sebenarnya mempunyai peluang berbahaya. Hokky yang berada di area pertahanan Persik masih berada dalam posisi onside saat menerima umpan dari Kei Sano. Namun, Dedi lagi-lagi menganggap Hokky berada dalam posisi offside.
Tak sampai di situ, pemain kelahiran 21 Agustus 2004 ini kembali jadi sasaran kerugian keputusan asisten wasit. Kali ini, Nawan Apandi, asisten wasit, menganggap Hokky offside meski posisinya masih sejajar dengan Rifky Dwi sang pemberi umpan.
Di menit-menit akhir pertandingan, pemain Persik Hamra Hehanusa coba menghalau umpan yang dikirim Ricky Cawor ke kotak penalti Persik. Bola sapuan itu mengenai tangan pemain Persik, Adi Eko Jayanto. Namun Wasit, Rio Permana, tidak memberikan titik putih kepada PSS.
Merasa dirugikan pada laga tersebut, manajemen PSS, mengirimkan surat protes kepada Komite Wasit PSSI. Tidak hanya di pertandingan melawan Persik, manajemen PSS sudah mengirim surat kepada Komite Wasit terkait keputusan wasit dan asistennya yang dianggap merugikan di laga melawan PSIS Semarang, Persis Solo, Persebaya Surabaya, dan Arema FC.
Hanya saja sampai kemarin, Senin (23/10), pihak PSS belum menerima respon dari Komite Wasit. “Tapi untuk laga Arema, ada hukuman yang diberikan dari Komdis kepada Dendy (Santoso) ketika menekel keras Ibrahim Sanjaya. Mungkin dari Komite Wasit sudah membaca namun belum membalas,” ujar media officer PSS, Juan Tirta Abditama.
Atas kejadian serta respon lambat dari Komite Wasit, tentunya harus menjadi perhatian bagi Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI. Selain sebagai ketua federasi, Erick juga merupakan Ketua Komite Wasit.
Efektifkah Cara yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Kinerja Wasit?
Menjelang diadakannya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 16 Februari 2023, salah satu sektor yang digarisbawahi oleh Erick adalah wasit, terutama soal gaji.
“Kalau mereka (wasit) punya pendapatan yang baik, asuransi kalau sakit, paling tidak dasar kehidupan bulanannya sudah baik, mereka pasti punya kemauan untuk menjaga tempat mencari nafkahnya dengan baik,” kata Erick pada 11 Februari 2022 dilansir dari Antara.
Setelah terpilih menjadi ketum PSSI, Erick memang menunaikan janjinya terkait kesejahteraan wasit. Bahkan ia berseloroh gaji wasit lebih tinggi daripada gaji seorang menteri.
“Ada 18 (wasit) yang bekerja di Liga 1. Mereka akan 17 kali tiup peluit (memimpin laga per musim). Kalau sekali tiup peluit (dapat Rp10 juta), lebih tinggi gajinya dari menteri. Menteri Rp19 juta [per bulan]. Mereka (wasit) Rp20 juta. Alhamdulillah lebih tinggi. Selevel menteri. Harus bangga,” kata Erick pada 22 Juni 2023 dilansir dari CNN Indonesia.
Selain kesejahteraan, Erick pun membawa PSSI bekerja sama dengan federasi sepakbola Jepang (JFA) dalam peningkatan kualitas wasit. Pada 15-16 Juni 2023, diadakan seleksi wasit dan asisten wasit untuk Liga 1, Liga 2, dan Liga 3. JFA mengirimkan Yoshimi Ogawa (anggota komite wasit JFA) dan Toshiyuki Nagi (instruktur wasit JFA dan manajer wasit amatir JFA). Proses seleksi itu terdiri dari tiga tahap, yakni fitness test FIFA kategori 2, video test, dan Law of The Game (LOTG) test.
Pada 5 Juli 2023, Erick pun mengumumkan dirinya sebagai Ketua Komite Wasit PSSI. Pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN pun mengakui bahwa langkah yang ia ambil tersebut merupakan bagian dari transformasi sepakbola Indonesia.
Namun, melihat masih banyaknya wasit dan asistennya yang salah mengambil keputusan, terutama di pekan ke-16 Liga 1 musim ini, membuktikan bahwa transformasi sepakbola dalam hal wasit masih jauh dari kata berhasil.
Sejak dimulai pada 1 Juli, kinerja pengadil pertandingan Liga 1 2023/24 memang menjadi sorotan karena keputusan yang diambil tidak tepat. PSSI bukan tanpa tindakan dan evaluasi. Sayangnya, PSSI baru merilis hasil evaluasi wasit pada 4 Oktober, atau pada pekan ke-13 liga berjalan.
Dari 18 wasit, 15 di antaranya mendapat keterangan hukuman larangan memimpin dengan jumlah yang bervariasi. Sementara itu, dari 36 asisten wasit, ada delapan orang yang dikenai hukuman dengan jumlah hukuman yang bervariasi pula. Sayangnya, tidak dijelaskan kesalahan apa yang membuat para perangkat pertandingan itu dihukum dan tidak jelas kapan wasit dan asisten wasit itu mulai menjalani masa hukumannya.
“Yang diumumkan (Rabu, 4/10/2023) itu sepertinya termasuk yang dulu sudah dihukum, itu adalah rekap sejak dulu. Hukumannya sejak kemarin, jadi ada di antara mereka yang udah bisa lagi (memimpin),” terang anggota Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga.
Yoshimi Ogawa, yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Wasit PSSI mengatakan bahwa wasit yang membuat keputusan pada level yang sama dengan pemain top level dituntut untuk dapat mengobservasi sebuah insiden dari sudut pandang dan jarak yang sesuai, dan juga dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Posisi dan tanggung jawab sebagai wasit, juga membutuhkan pemahaman yang cukup akan setiap detail kejadian di dalam lapangan. Saya percaya bahwa kesalahan yang dilakukan wasit dalam suatu pertandingan, disebabkan karena masih kurangnya implementasi dan pemahaman akan hal-hal tersebut, dan kami di Komite Wasit, memohon maaf,” ujar Ogawa (4/10) dikutip dari laman resmi PSSI.
Ogawa juga mengatakan bahwa Komite Wasit akan memberikan masukan teknis setiap pekan kepada para wasit. “Pembinaan wasit memiliki konsep yang sama dengan pembinaan pemain, yaitu jam bermain. Wasit membutuhkan jam terbang untuk memimpin pertandingan, kesempatan harus diberikan kepada mereka,” terangnya.
Wasit yang memimpin laga Persija melawan Rans, Naufal Adya, sebenarnya dihukum dengan larangan memimpin pertandingan selama enam pekan. Hingga pekan ke-16, Naufal sudah memimpin enam pertandingan. Rio yang memimpin laga PSS menghadapi Persik, dihukum larangan enam kali memimpin, dan hingga pekan ke-16, sebanyak delapan pertandingan sudah dipimpin wasit asal Pekanbaru tersebut.
Pada Senin (9/10), PSSI merilis wasit yang dihukum beserta durasi dan sejak kapan wasit itu menjalani masa hukuman tidak boleh memimpin. Kemudian pada 23 Oktober, PSSI merilis lima wasit Liga 2 yang dikenai hukuman. Dalam rilis tersebut hanya ditulis di pertandingan mana wasit itu memimpin. Sementara kesalahan dan masa hukuman serta dari kapan wasit itu akan dihukum tidak dituliskan.
Dalam data yang dikumpulkan oleh tim Pandit Football Indonesia, hingga pekan ke-16, setidaknya sudah ada 26 keputusan wasit dan asistennya di Liga 1 musim ini yang keliru.
Mencontoh PGMOL di Inggris Soal Keterbukaan
Liga Inggris, sebagai salah satu liga yang dianggap terbaik di dunia, ternyata tidak luput dari keputusan wasit yang kontroversial, terlebih mereka sudah menggunakan teknologi Video Assistant Referee (VAR).
Di laga antara Tottenham Hotspur melawan Liverpool (30/9), asisten wasit VAR Darren England serta Dan Cook menganulir gol Luis Diaz padahal pemain asal Kolombia tersebut berada dalam posisi onside.
Komite wasit sepakbola Inggris, PGMOL, langsung bertindak sesuai kejadian tersebut. Pada 3 Oktober, PGMOL merilis audio percakapan antara wasit dan asisten wasit VAR, dan terlihat jelas bagaimana para wasit ini memutuskan untuk menganulir gol Luis Diaz. Oleh PGMOL, England dan Cook pun dijatuhi larangan bertugas.
Meski sudah memakai VAR sejak musim 2019/2020, pasca kesalahan asisten wasit VAR yang menganulir gol Diaz, PGMOL pun langsung bertindak cepat dengan mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya akan mengadakan pelatihan kepada semua perangkat pertandingan untuk mengoptimalisasi VAR.
“PGMOL berkomitmen untuk meningkatkan kinerja VAR melalui program pelatihan baru yang dimulai musim ini dan berfokus pada proses dan praktik terbaik untuk semua VAR, AVAR (asisten VAR), dan operator tayangan ulang dalam peran spesifik mereka,” terang PGMOL dalam rilis resmi mereka.
Pada 10 Oktober 2023, ketua PGMOL, Howard Webb, menjelaskan kepada publik terkait beberapa keputusan wasit yang diambil melalui VAR, termasuk gol Diaz kepada Spurs. Penjelasan ini akan membuat penonton menjadi lebih paham tentang perspektif wasit saat mengambil keputusan dan menjadikan badan wasit Inggris tersebut lebih terbuka.
“Kami mengambil langkah yang tidak biasa dengan merilis audio dari situasi ini tidak lama setelah hal itu terjadi. Kami ingin menunjukkan kepada semua orang apa yang dengan cepat kami sadari adalah kesalahan yang cukup signifikan – hilangnya konsentrasi,” ujar Webb.
Liga Inggris, dengan VAR dan infrastrukturnya yang telah matang, tetap saja tak luput dari kesalahan dan yang pasti mereka terbuka dan mengakui kesalahan tersebut.
Bagaimana dengan Liga Indonesia yang baru berencana menggunakan VAR?
Banyaknya kesalahan yang dilakukan wasit sejak pekan pertama Liga 1 2023/24, membuat evaluasi mutlak harus dijalankan. Evaluasi itu termasuk sistem promosi dan degradasi wasit, serta dengan tanpa tedeng aling-aling, membuka setiap kesalahan wasit kepada publik sehingga pesan yang disampaikan jelas: Komite Wasit mengaku bahwa wasit-wasit mereka melakukan kesalahan.
Di sisi lain, rencana pemasangan VAR membutuhkan banyak biaya dan barangkali tidak semua stadion di Indonesia siap dipasangi VAR dalam jangka waktu dekat. VAR pun harus dioperasikan oleh banyak asisten wasit dan tugas pertama PSSI adalah menambah jumlah wasit dan meningkatkan kualitasnya. Pengoperasian VAR pun membutuhkan pelatihan dalam jangka waktu yang cukup lama.
VAR hanya sebagai alat bantu yang membantu wasit mengoreksi beberapa kesalahan dengan detail. Sebagai alat bantu dan sebelum mengoperasionalkannya, maka alangkah baiknya jika kualitas wasit yang harus ditingkatkan terlebih dahulu.
[ad_2]
Source link